Monday, February 9, 2015

JENIS-JENIS DAN MEDIA JURNALISTIK: MEDIA CETAK

BAB I
PENDAHULUAN

            Media cetak sebagai sebuah media komunikasi massa merupakan media klasik yang tak pernah lekang oleh waktu. Media cetak mempunyai media jual tersendiri yang membuatnya mantap di posisinya, meskipun saat ini bermunculan media baru. Secara sederhana, media cetak mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dipunyai media-media lainnya, yakni: dapat dibaca, dimana dan kapan saja, dapat dibaca berulang-ulang, pengolahan bisa mekanis dan bisa elektris, serta biaya yang dibutuhkan relatif rendah. Namun demikian, media cetak juga mempunyai kelemahan, antara lain: daya rangsangnya rendah, daya jangkaunya terbatas, dan terbatas dimensinya.
            Ditengah kemajuan teknologi komunikasi yang tidak terbendung lagi, media cetak sangat perlu untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Saat ini handphone dan e-mail (internet) telah menginvasi teknologi komunikasi konvensional di muka bumi, termasuk Indonesia. Sekitar dua milyar manusia menggunakan ponsel (telepon seluler), triliyunan e-mail dikirim dalam sehari, milyaran data di unduh dari situs Google setiap hari.
   Semakin berkembangnya teknologi yang pesat itu, ternyata eksistensi media cetak tidak pernah memudar. Terbukti orang-orang masih banyak yang menggunakan media cetak ini. Dengan pemberitaan yang aktual dan tetap membawa keakuratan, nilai berita dan kelengkapan unsur-unsur berita yang lebih mendalam. Menyajikan konten berita yang menarik, berimbang dengan melakukan cover both side. Perkembangan teknologi memang tidak dapat dihindari cepat atau lambatnya, media catak yang tidak dapat menyeimbangi media online bisa saja bangkrut dan akan ditinggalkan para pembaca berganti memilih media online. Melakukan inovasi dari berbagai hal seperti layout, manajemen dalam mengatur distribusi, iklan dan produksi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1      Sejarah Kemunculan Media Cetak
Beberapa ribuan tahun yang lalu, materi cetak hanya bisa dinikmati oleh sedikit warga yang berpendidikan baik dalam masyarakat, untuk bangsa-bangsa Mandarin, Mesir, China, Islam, dan Roma. Kemudian pedagang Arab membawa teknologi cetak ini ke barat.
Di Eropa, media cetak dikembangkan melalui literatur-literatur yang menggunakan bahasa setempat masyarakat masing-masing dengan diferensiasi yang tinggi. Kemudian Eropa mulai mencetak kitab agama, dan lembaga pendidikan semakin banyak memproduksi penulis dan mencetak beberapa buku penting. Kitab agama tahun 1455 membawa perubahan dalam teknologi mesin cetak ini, bentuk baru yang memungkinkan percetakan dilakukan dalam jumlah besar.
Di Amerika media cetak pertama dimulai dengan percetakan banyak kitab agama, pada tahun 1640. Benjamin Franklin merupakan salah satu pakar penemu inovasi media cetak tersebut, yang pada tahun 1731 memulai kegiatan perpustakaan belangganan pertama, sehingga dimasa yang akan datang warga Amerika telah mengenal baik kepustakaan, dan memberi kesempatan kepada mereka yang tidak mampu untuk membaca dan meminjam buku-buku, Koran dan majalah. Pada 1800-an masyarakat pembaca Amerika mulai terbentuk, dengan dukungan dari perbaikan keadaan sosial, pendididkan, ekonomi, dan perkembangan masyarakat urban menengah. Majalah dalam hal ini lahir pada 1700-an, dengan tema fiksi dan non- fiksi. Pada 1741, Philadelphia menjadi pusat pertama Majalah, dimana para penerbit mencoba untuk memperkenalkan majalah jangka pendek untuk revolusi Amerika. Selama revolusi, pada 1775-1789, kebanyakan buku dan majalah membawa nuansa politik. Kemudian pada 1790-an nuansa ekomoni mulai meledak. Kemudian pada 1920 majalah mulai bertarung dengan radio dan film, dan telah mengenal dasar periklanan dan audiens yang lebih spesifik, berkembangan menjadi banyak jenis, dengan berbagai metode dan majalah-majalah baru semakin merebak, dilengkapi dengan visualisasi gambar foto.
Menurut sejarah, seorang ahli dari Jerman, Pemilik nama lengkap Johannes Gutenberg ini menemukan mesin cetak yang akhirnya digunakan untuk mencetak bible (Kitab Suci). Ini terjadi pada tahun 1453. Sebelumnya Gutenberg menulis secara manual, kitab-kitab suci tersebut. Namun dengan bantuan mesin cetak, kitab suci yang dihasilkan jauh lebih banyak. Sebelum ada revolusi Gutenberg, buku-buku di Eropa disalin dengan menggunakan Manu Script. Selain memakan waktu yang lama, harga buku-buku tersebut tergolong mahal dan hanya bisa dibeli oleh orang-orang yang mampu.
Dengan ditemukannya mesin cetak, perkembangan ilmu dan pengetahuan waktu itu semakin pesat, bahkan tidak hanya untuk bangsa Eropa saja tetapi juga sampai ke Timur Tengah. Melalui buku-buku yang dicetak pada waktu itu, minat baca masyarakat menjadi tinggi. Kitab Suci yang awalnya ditulis manual oleh Gutenberg saat itu juga dicetak dengan bahasa lain, tidak hanya bahasa latin. Ini yang akhirnya membuat gerakan kaum protestan. Salah satu bentuk hasil dari media cetak adalah surat kabar. Surat kabar penerbitannya ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita- berita terkini dalam berbagai topik.
Surat kabar awalnya berkembang di Eropa, khususnya di Inggris dan Amerika Utara. Tahun 1702 muncul Daily Courant lalu Revue pada tahun 1704. Sedangkan di Amerika, surat kabar baru terbit setelah beberapa tahun Amerika mencapai kemerdekaannya (1776). Namun pada awalnya, surat kabar hanya diperuntukkan bagi kaum elit dan terpelajar. Secara fisik, bentuk koran pada saat itu masih sangat sederhana dan menggunakan biaya yang sangat murah, tetapi jangkauannya meluas.
Pada tahun 1830, surat kabar sudah mewabah di New York. Ini adalah saat kejayaan surat kabar yang akhirnya mewabah ke seluruh pelosok dunia Kegiatan percetakan semakin berkembang setelah perang dunia II, baik media konvensional tradisional dan media internet yang secara lambat berkembang. Kemudian industri ini semakin berkembang, beberapa diantaranya melakukan konsolidasi dan beberapa yang lain semakin kuat dengan proliferasi dan persaingan mereka yang semakin tersegmentasi. Hal ini selaras dengan perkembangan buku. Sejarah tersebut menyebutkan mengenai sebuah lingkaran berkelanjutan dari inovasi teknologi, dalam bentuk apapun, mulai dari pemakaian teknologi sederhana, sampai teknologi yang rumit. Diikuti oleh perkembangan berbagai bentuk media dan pengunaan media baru, ada upaya juga untuk menambah permintaan konsumen, memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan mencari keuntungan, keinginan untuk mengembangkan literature dan akhirnya mampu mengubah masyarakat menjadi labih baik.
Menurut McLuhan, fase perkembangan media massa terdiri dari beberapa tahap: - Era pra-literasi (40.000 SM – 1500) : meliputi kebudayaan oral hingga media cetak awal didominasi oleh mediasi ritual dan sosial serta dunia mistik yang penuh kekerasan dan kebrutalan - Era literasi (1500 – 1900) :meliputi tulisan dan media cetak, berkembang setelah galaksi Gutenberg, khususnya periode abad tengah dan renaissance, dan terutama sekali saat ditemukannya mesin cetak -Era elektronik (1900-2000) : media elektronik, 2000- sekarang : media digital. Epos utama sejarah komunikasi adalah: · Pramodern ( media cetak awal) · Modern (media cetak dan media elektronik) · Postmodern (media digital) Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap tahapanproses komunikasi manusia sangat berbeda dalam kurun waktu tertentu. Jika pada media cetak awal, manusia menggunaikan media cetak untuk membuat alkitab. Dengan menggunakan alat bantu media cetak, mereka dapat membuat alkitab sebanyak-banyaknya.
Pada media elektronik manusia sudah beralih ke modernisasi. Dimana teknologi media cetak yang dulu pernah ada telah dikembangkan menjadi teknologi yang lebih modern dengan alat-alat yang semakin canggih. Tentu saja hal itu juga berpengaruh pada kehidupan manusia di masa yang akan datang. Setelah itu munculah majalah, Koran, tabloid, yang memudahkan manusia untuk memperoleh informasi secara luas dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi media cetak ini termasuk teknologi komunikasi yang berkembang pesat di dunia, terutama di Negara Indonesia.
2.2      Media Cetak di Indonesia
Sejarah surat kabar di Indonesia terbagi dalam dua babak yakni babak pertama yang biasa disebut babak putih dan babak kedua antara tahun 1854 hingga Kebangkitan Nasional. Kedua babak inilah yang amat berperan dalam perkembangan surat kabar di Indonesia. Babak pertama adalah babak putih, yaitu saat Indonesia masih dalam keadaan terjajah oleh kolonialisme Belanda. Disebut babak putih karena surat kabar pada waktu itu mutlak milik orang-orang Eropa, berbahasa Belanda dan diperuntukkan bagi pembaca berbahasa Belanda. Kontennya hanya seputar kehidupan orang-orang Eropa dan tidak mempunyai kaitan kehidupan pribumi. Babak ini berlangsung antara tahun 1744-1854. Babak kedua yang berlangsung antara tahun 1854 hingga Kebangkitan Nasional secara kasar dapat dibagi dalam tiga periode, yakni:
1.      Antara tahun 1854-1860
Dalam periode ini surat kabar dengan bahasa Belanda masih memegang peranan penting dalam dunia pers Indonesia, namun surat kabar dengan bahasa Melayu telah terbit bernama Slompret Melajoe di Semarang yang diterbitkan oleh H.C. Klinkert.
2.      Antara tahun 1860-1880
Surat kabar dengan bahasa pra-Indonesia dan Melayu mulai banyak bermunculan tetapi yang menjadi pemimpin surat kabar-surat kabar ini semuanya adalah orang-orang dari peranakan Eropa.
3.      Antara tahun 1881 sampai Kebangkitan Nasional
Periode ini mempunyai ciri tersendiri karena para pekerja pers terutama para redakturnya tidak lagi dari peranakan Eropa tetapi mulai banyak peranakan Tionghoa dan Indonesia atau biasa disebut dengan pribumi.
Lima Periode Surat Kabar Indonesia
Surat kabar di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang yang secara singkat terbagi dalam enam periode, yakni zaman Belanda, zaman Jepang, zaman kemerdekaan, zaman Orde Lama, zaman Orde Baru dan zaman reformasi. Berikut uraian singkat keenam periode bersejarah tersebut.
a.    Zaman Belanda
Pada tahun 1744 dilakukanlah percobaan pertama untuk menerbitkan media massa dengan diterbitkannya surat kabar pertama pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Imhoff dengan nama Bataviasche Nouvelles, tetapi surat kabar ini hanya mempunyai masa hidup selama dua tahun. Kemudian pada tahun 1828 diterbitkanlah Javasche Courant di Jakarta yang memuat berita-berita resmi pemerintahan, berita lelang dan berita kutipan dari harian-harian di Eropa. Mesin cetak pertama di Indonesia juga datang melalui Batavia (Jakarta) melalui seorang Nederland bernama W. Bruining dari Rotterdam yang kemudian menerbitkan surat kabar bernama Het Bataviasche Advertantie Blad yang memuat iklan-iklan dan berita-berita umum yang dikutip dari penerbitan resmi di Nederland (Staatscourant).
Di Surabaya sendiri pada periode ini telah terbit Soerabajasch Advertantiebland yang kemudian berganti menjadi Soerabajasch Niews en Advertantiebland. Sedang di Semarang terbit Semarangsche Advertetiebland dan De Semarangsche Courant. Secara umum serat kabar-surat kabar yang muncul saat itu tidak mempunyai arti secara politis karena cenderung pada iklan dari segi konten. Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar tiap harinya. Setiap surat kabar yang beredar harulah melalui penyaringan oleh pihak pemerintahan Gubernur Jenderal di Bogor. Tidak hanya itu, surat kabar Belandapun terbit di daerah Sumatera dan Sulawesi. Di Padang terbit Soematra Courant, Padang Handeslsbland dan Bentara Melajoe. Di Makasar (Ujung Pandang) terbit Celebes Courant dan Makassarsch Handelsbland.
Pada tahun 1885 di seluruh daerah yang dikuasai Belanda telah terbit sekitar 16 surat kabar dalam bahasa Belanda dan 12 surat kabar dalam bahasa Melayu seperti, Bintang Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar (terbit di Bogor), Selompret Melayu dan Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan surat kabar berbahasa Jawa, Bromatani yang terbit di Solo.
b.   Zaman Jepang
Saat wajah penjajah berganti dan Jepang memasuki Indonesia, surat kabar-surat kabar yang beredar di Indonesia diambil alih secara pelan-pelan. Beberapa surat kabar disatukan dengan alasan penghematan namun yang sebenarnya adalah agar pemerintah Jepang memperketat pengawasan terhadat isi surat kabar. Kantor Berita Antara diambil alih dan diubah menjadi kantor berita Yashima dengan berpusat di Domei, Jepang. Konten surat kabar dimanfaatkan sebagai alat propaganda untuk memuji-muji pemerintahan Jepang. Wartawan Indonesia saat itu bekerja sebagai pegawai sedang yang mempunyai kedudukan tinggi adalah orang-orang yang sengaja didatangkan dari Jepang.
Surat kabar Tjahaja
Salah satu surat kabar yang terbit pada masa ini adalah Tjahaja (ejaan baru Cahaya). Surat kabar ini sudah menggunakan Bahasa Indonesia dan penerbit berada di kota Bandung. Surat kabar ini terbit di Indonesia namun berisikan berita tentang segala kondisi yang terjadi di Jepang. Para pemimpinnya di antaranya adalah Oto Iskandar Dinata, R. Bratanata, dan Mohamad Kurdi.
Pada tampilan tampak bahwa surat kabar tersebut bertuliskan tanggal 24 Shichigatsu 2604, yang pada penanggalan masehi sama dengan tanggal 24 Juli 1944.

c.    Zaman Kemerdekaan
Ketika pemerintah Jepang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda pencitraan pemerintah, Indonesiapun melakukan hal yang sama untuk melakukan perlawanan dalam hal sabotase komunikasi. Edi Soeradi melakukan propaganda agar rakyat berdatangan pada Rapat Raksasa Ikada pada tanggal 19 September 1945 untuk mendengarkan pidato Bung Karno. Dalam perjalanannya, Berita Indonesia (BI) berulang kali mengalami pembredelan dimana selama pembredelan tersebut para pegawai kemudian ditampung oleh surat kabar Merdeka yang didirikan oleh B.M. Diah. Surat kabar perjuangan lainnya adalah Harian Rakyat dengan pemimpin redaksi Samsudin Sutan Makmr dan Rinto Alwi dimana surat kabar tersebut menampilkan “pojok” dan “Bang Golok” sebagai artikel. Surat kabar lainnya yan terbit pada masa ini adalah Soeara Indonesia, Pedoman Harian yang berubah menjadi Soeara Merdeka (Bandung), Kedaulatan Rakyat (Bukittinggi), Demokrasi (Padang) dan Oetoesan Soematra (Padang).
d.   Zaman Orde Lama
Setelah dikeluarkannya dekrit presiden tanggal 5 Juli 1959 oleh presiden Soekarno, terdapat larangan terhadap kegiatan politik termasuk pers. Persyaratan untuk mendapat Surat Izin Terbit dan Surat Izin Cetak diperketat yang kemudian situasi ini dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia untuk melakukan slowdown atau mogok secara halus oleh para buruh dan pegawai surat kabar. Karyawan pada bagian setting melambatkan pekerjaannya yang membuat banyak kolom surat kabar tidak terisi menjelang batas waktu cetak (deadline). Pada akhirnya kolom tersebut diisi iklan gratis. Hal ini menimpa surat kabar Soerabaja Post dan Harian Pedoman di Jakarta. Pada periode ini banyak terjadi kasus antara surat kabar pro PKI dan anti PKI.
e.    Zaman Orde Baru
Pada periode ini, surat kabar yang dipaksa untuk berafiliasi kembali mendapatkan pribadi awalnya, seperti Kedaulatan Rakyat yang pada zaman orde lama harus berganti menjadi Dwikora. Hal ini juga terjadi pada Pikiran Rakyat di Bandung. Bahkan pers kampuspun mulai aktif kembali. Namun dibalik itu semua, pengawasan dan pengekangan pada pers terutama dalam hal konten tetap diberlakukan. Pemberitaan yang dianggap merugikan pemerintah harus dibredel dan dihukum dengan dilakukan pencabutan SIUP seperti yang terjadi pada Sinar Harapan, tabloid Monitor dan Detik serta majalah Tempo dan Editor. Pers lagi-lagi dibayangi dalam kekuasaan pemerintah yang cenderung memborgol kebebasan pers dalam membuat berita serta menghilangkan fungsi pers sebagai kontrol sosial terhadap kinerja pemerintah. Pembredalanpun marak pada periode ini.
Perkembangan pers di masa penjajahan sejak pertengahan abad ke 19 ternyata telah dapatmenggugah cendekiawan Indonesia untuk menyerap budaya pers dan memanfaatkan media cetak sebagai sarana membangkitkan dan menggerakkan kesadaran bangsa.
Dalam proses selanjutnya, terjadilah pembauran antara pengasuh pers dan masyarakat yangmulai terorganisasi dalam klub-klub studi, lembaga-lembaga sosial, badan-badan kebudayaan, bahkan gerakan-gerakan politik. Wartawan menjadi tokoh pergerakan, atau sebaliknya tokoh pergerakan menerbitkan pers.
Sejak lahirnya Budi Utomo pada bulan mei 1908, pers merupakan sarana komunikasi yangutama untuk menumbuhkan kesadaran nasioal dan meluaskan kebangkitan bangsa Indonesia.Pada gilirannya proses tersebut mengukuhkan gerakan mencapai kemerdekaan. Lahirlah surat-surat kabar dan majalah seperti Benih Merdeka, Soara Ra’jat Merdika, dan  Fikiran Ra’jat.
2.3  Jenis dan Karakteristik Media Cetak
Media cetak merupakan suatu media yang bersifat statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran kertas dengan sejumlah kata, gambar, atau foto dengan tata warna dan halaman putih. Media cetak merupakan dokumen atas segala yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto, dan sebagainya. Tak seperti media massa elektronik, yang beritanya berpacu dengan durasi. Media cetak lebih kompromi dengan halaman. Alhasil pemberitaannya lebih detil dan dalam ketimbang media massa elektronik semisal televisi.
2.3.1    Karakteristik Media Cetak  :
a.       Tergolong praktis, cepat, dengan harga terjangkau.
b.      Daya jangkau dan edar media cetak dapat sampai pelosok.
c.       Dapat bertahan, tidak satu kali lalu habis.
d.      Kedalaman liputan, liputan bersifat informatif dengan narasi yang cukup panjang jika diperlukan.
e.       Bersifat masal.
f.       Fleksibel, dapat dibaca dimana saja dan kapan saja.
Media cetak relatif lebih mahal daripada media lainnya, misal kita ambil contoh televisi. Bisa kita katakan bahwa televisi merupakan media massa yang sangat murah seperti radio, bahkan sekarang dapat kita katakan bahwa baik media televisi maupun radio gratis, sehingga penikmatnya tak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun. Kecuali biaya listrik dan sebagainya yang untuk Indonesia masih tergolong murah.
2.3.2    Kelemahan Media Cetak  :
a.       Masa hidup yang singkat.
b.      Resiko cetakan buruk dan kesalahan cetak.
c.       Membutuhkan minat baca dari konsumen.
Apapun kelemahannya, media cetak akan tetap diminati pasar. Karena diperkirakan media cetak tidak bisa tergantikan oleh perkembangan e-paper yang kini tumbuh dengan pesat. Minat membaca media cetak akan bertahan dari serbuan pertumbuhan pengguna internet yang di Indonesia sudah mencapai 25 juta orang.Banyak alasan untuk menyakini mengapa industri pers ke depan akan terus diminati. Di antaranya penurunan jumlah masyarakat miskin, tingkat urbanisasi yang terus meningkat yang merupakan peluang tumbuhnya jumlah pembaca.
Alasan lain terhadap keyakinan akan perkembangan media cetak adalah e-paper akan menjadi tren baru bagi kelompok terdidik yang bekerja di perkantoran dan kaum profesional. Sementara itu,lapisan terbesar masyarakat Indonesia masih akan didominasi oleh kelompok besar di luar itu.
Lebih jauh, semakin kompleksnya berbagai problema sosial, ekonomi dan budaya akan merangsang makin beragamnya segmen pasar yang terbuka untuk perkembangan pers, termasuk media cetak. Kenyataannya negara maju yang sudah canggih perkembangan teknologinya tetap saja media cetak hidup di negara itu. Jadi tidak mungkin media cetak mati.
2.4 Jenis Media Cetak
Perkembangan zaman telah  menciptakan segmentasi, dan megidentifikasi media cetak menurut karakteristik sosial pendidikan pembacanya menjadi 3 bentuk, yaitu :
2.4.1                      Koran
2.4.1.1    Karakteristik Koran
a.    Judul singkat, provokatif, informal, dan spesifik.
b.    Topik aktual dan menarik , berita terbaru.
c.    Berita cepat.
d.   Umur berita pendek.
e.    Bahan referensi berita.
f.     Gaya tulisan umumnya menggunakan gaya serius.
g.    Nada tulisan sebagian besar bernada informatif, dan sebagian lainnya bernada argumentasi, disamping ada juga yang bernada kritik.
h.    Ukuran umumnya antara 1000 hingga 2000 kata.
i.      Target audiencenya umum, tapi pembaca lebih banyak pria.
j.      Koran (seperti juga radio dan televisi) biasanya tidak hanya melaporkan berita (yang obyektif), tapi menampilkan berita yang berasal dari investigasi atau wawancara para wartawannya. Dengan demikian, koran juga membuat berita. Lebih jauh, koran juga seringkali menjadi sarana kampanye sebuah perjuangan yang dipandang kalayak. Seringkali susah memastikan dimana batas antara reportase obyektif dengan kampanye tadi. Bagaimanapun, satu hal yang perlu dicatat adalah upaya untuk mencapai reportase yang bisa dipercaya tanpa mengesampingkan hak untuk memperjuangkan sesuatu yang dipandang merupakan kepentingan publik.
2.4.1.2       Kelebihan Koran
a.    Dapat menyampaikan informasi detail, secara teratur bisa menyajikan berita dan interpretasi secara  mendalam.
b.    Relatif murah.
c.    Mudah didokumentasikan (dikliping).
d.   Bisa dibaca sesuai kelonggaran waktu konsumennya.
e.    Lebih jelas dalam menyajikan tabel statistik, peta, bagan, grafik dan medium gambar lainnya.
f.     Jumlah pembaca lebih tinggi dibandingkan majalah.
g.    Dapat menjangkau daerah-daerah perkotaan sesuai dengan cakupan pasarnya.
h.    Kebiasaan konsumen membawa surat kabar sebagai referensi untuk memilih barang sewaktu berbelanja.
2.4.1.3    Kekurangan Koran
a.    Dari segi kenyamanan, koran sangat tidak praktis bila dibandingkan dengan media lain yang sejenis misal majalah. Dengan ukuran yang relatif besar koran membutuhkan tempat yang lebih luas untuk membacanya. Sehingga bila kita ingin membacanya kita membutuhkan tempat yang relatif cukup luas.
b.    Dari segi efektivitas, untuk membaca koran sangat dibutuhkan konsentrasi penuh pembacanya. Hal ini sangat berbeda dengan media radio dimana penikmatnya dapat mendapatkan informasi sambil melakukan berbagai pekerjaan lainnya.
c.    Sekalipun jangkauannya bersifat masal, surat kabar dibaca orang dalam tempo yang sangat singkat, umumnya tidak lebih dari lima belas menit, dan mereka hanya membaca sekali saja. Surat kabar hanya berusia 24 jam sehingga cepat basi.
d.   Sekalipun surat kabar memilki sirkulasi yang luas, beberapa kelompok pasar tidak dapat terlayani. misalnya untuk pembaca di bawah umur 20 tahun.
e.    Jangkauan lokal bagi koran lokal.
f.     Kualitas kertas kurang bagus.
g.    Kelemahan lain koran adalah ketika para kru di koran tersebut tidak lagi memiliki dana dan energi untuk melakukan inovasi. Inovasi tidak hanya meliputi bidang konten tekstual maupun visual, tetapi juga  menyangkut langkah-langkah antisipasi atau langkah-langkah penyesuaian terhadap perkembangan teknologi mutakhir yang terus saja mendorong orang untuk memiliki makin banyak alternatif tentang cara membaca dan cara mendapatkan informasi.
2.4.2                      Majalah
Jenis – jenis Majalah
Secara garis besar, Rivers (1983: 5) membagi majalah ke dalam empat jenis, yaitu:
·         Mass Magazine
Mass magazine mempunyai oplah yang besar. Jenis majalah ini berusaha menjembatani khalayak dari berbagai latar belakang melalui isinya yang bersifat umum. Contoh dari jenis majalah ini adalah OktoMagazine yang kontennya berisi berbagai macam topik mulai dari kesehatan, makanan dan minuman, seni dan budaya, dan masih banyak lagi.
·         News Magazine
News magazine memiliki jumlah pembaca yang banyak yang memiliki ketertarikan terhadap isu-isu kontemporer. News magazine memberikan pembaca pemahaman tentang konteks yang ada dalam sebuah peristiwa, bukan sekedar fakta. Contoh : Majalah Tempo.
·         Class Magazine
Secara harafiah, class magazine dapat diartikan sebagai ‘majalah berkelas’. Kualitas dan konten majalah ini ditujukan bagi pembaca yang berpendidikan tinggi serta tertarik pada urusan publik dan sastra. Meski jumlah pembacanya tidak terlalu banyak, majalah jenis ini mempunyai pengaruh yang cukup kuat karena menghadirkan opini dari para pemimpin atau penguasa. Contoh : Majalah Cakra.
·         Specialized Magazine
Specialized magazine menyajikan konten spesifik bagi pembaca yang spesifik pula. Majalah jenis ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
§  Business papers: Diterbitkan oleh lembaga independen yang bersifat komersil. Informasi di dalamnya penting bagi bisnis, industri, atau profesi tertentu. Salah satu contohnya adalah Majalah Franchise.
§  Company publications: Diterbitkan oleh firma/perusahaan dan didistribusikan ke karyawan, pengecer, pelanggan, dan pemegang saham. Contoh dari jenis majalah ini adalah majalah internal perusahaan PT New Ratna Motor “â Nasmoco News â”. Majalah ini bertujuan sebagai media komunikasi antar karyawan PT New Ratna Motor dalam memberikan informasi dan hiburan serta sebagai sarana untuk memberikan motivasi kerja bagi karyawan.
§  Association journals: Mirip dengan business papers, hanya saja majalah jenis ini diterbitkan oleh asosiasi atau organisasi tertentu. Contoh : Majalah  NU  Aula.
2.4.2.1        Karakteristik Majalah
a.       Bersifat informatif melalui kombinasi tulisan dan gambar.
b.      Berita berupa ulasan.
c.       Umur berita lebih lama dan cenderung disimpan oleh pembaca.
d.      Bahan referensi artikel.
e.       Tersegmen, pembaca lebih banyak wanita.
2.4.2.2        Kelebihan Majalah
a.       Khalayak sasarannya jelas, karena lebih tersegmen dan terspesialisasi.
b.      Majalah dapat mengangkat produk-produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak sasaran terhadap prestige majalah tersebut.
c.       Usia edar majalah lebih panjang daripada surat kabar.
d.      Kualitas visual lebih baik daripada surat kabar.
e.       Efektif untuk pesan iklan yang berbau promosi penjualan.
f.       Informasi detail.
2.4.2.3        Kekurangan Majalah
a.       Flexibility kurang, karena ada deadline dalam pembuatan final artwork iklan.
b.      Biaya pencetakan tinggi, karena kualitas visualnya bagus.
c.       Biasanya tidak ada ready stock, karena distribusi majalah umumnya lambat dan jaringan distribusi kurang tepat sasaran.
d.      Deadline panjang
e.       Jangkauan kecil
2.4.3                           Tabloid
2.4.3.1        Karakteristik Tabloid
a.    Bersifat informatif  ulasan berita dan artikel.
b.    Isi berita lebih ringan dari majalah .
c.    Umur berita diantara Koran dan majalah.
d.   Umum dan segmentasi.
e.    Pembaca cenderung lebih banyak wanita dan dari kelas menengah bawah.
f.     Sebagai pengganti majalah.
2.4.3.2        Kelebihan Tabloid
a.    Informasi detail.
b.    Jangkauan luas dibandingkan majalah.
Segmentasi jenis tabloid jelas, sehingga target pembacanya juga jelas. Misalnya ada tabloid yang khusus wanita, tabloid olahraga dan lain sebagainya. Ukuran tabloid yang terkesan kecil bisa dibawa siapapun dan dibaca kapanpun, sangat berbed dengan koran yang ukurannya lebih besar.  
2.4.3.3                 Kekurangan Tabloid
a.    Kualitas kertas lebih bagus daripada koran.
b.    Probabilitas iklan terbaca lebih lama
c.    Berita tidak aktual
d.   Medium statis, tidak dilengkapi audio video.
Kekurangan dari tabloid ini tidak dapat disimpan dengan jangka waktu yang lama. Dibandingkan majalah yang mempunyai kertas yang bagus dan dijilid, maka tabloid agak susah bila disimpan lebih lama. 
2.5         Tantangan yang dihadapi Media Cetak
Kehadiran teknologi memacu orang untuk menggunakan perangkat elektronik seperti handphone (HP) seperti smartphone, tablet, laptop, dan sebagainya. Alat – alat tersebut lebih mudah dibawa dan dapat digunakan dengan mudah dibawa kemana saja dibandingkan dengan berlembar – lembar kertas seperti majalah, koran. Akses melalui internet inilah yang memudahkan orang untuk menggunakan media massa online.
Menurut data yang dirilis oleh Internet World Stats, jumlah pengguna internet di Nusantara ada 39,6 juta orang. Menurut Antara News (2012), bahkan jumlah pemakai internet sudah mencapai 48 juta pemakai internet. Yang lebih menakjubkan lagi, Saling silang bahkan berani merilis data bahwa jumlah pemakai internet di Indonesia sekarang sudah mencapai angka 84,748 juta orang. Berdasarkan sejumlah data pendukung, penulis berani memprediksikan, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 100 juta orang pada tahun 2015. Akan meningkat mencapai 175 juta pemakai internet pada tahun 2020, dan 250 juta pemakai internet pada tahun 2025. (kompasiana.com)
Media sosial seperti jejaring sosial blog, twitter, facebook, di mana orang – orang yang menjadi citizen journalism inilah yang setidaknya juga memberikan informasi seputar peristiwa yang terjadi. Melalui status dari akun twitter atau facebooknya yang dibaca oleh orang – orang yang sedang mengakses internet. Harga dari perangkat elektronik yang terjangkau (sekitar 2,5 – 5 juta) sudah bisa membeli laptop atau notebook, smartphone yang beredar dengan cepat maka sangatlah cepat dan tidak terbatas waktu untuk mengakses informasi. Di pusat perbelanjaan dan kantor-kantor juga tersedia hotspot atau wifi, terlebih bagi mahasiswa dikampus, setiap jeda kuliah dapat memanfaat waktu tersebut untuk online dan bisa mencari berita-berita terkini.
Berikut adalah tantangan yang dihadapi oleh media cetak antara lain:
1.    Teknologi yang ada dapat mengubah kebiasaan orang dari membaca buku, koran cenderung saat ini lebih menggunakan perangkat elektronik.
2.    Media online memang memberikan konsumsi informasi yang cepat saji sehingga wartawan juga terbantu karena informasi atau berita yang ia buat dapat segera diinformasikan dan disiarkan dengan segera tanpa menunggu waktu seperti pada media cetak seperti koran.
3.    Media cetak harus mencetak berlembar-lembar kertas bandingkan dengan menggunakan tablet yang tidak perlu kesulitan membuka lembaran kertas yang besar. Kemudahan lainnya dengan media online dapat mengakses informasi sesuai yang kita inginkan, sesuai dengan waktu yang pernah diberitakan seperti tanggal peristiwanya, orang dapat mengakses kembali informasi yang pernah terjadi.
4.    Persoalan struktural politik kepartaian yang menghanyutkan pers nasional menjadi partisan, di samping rendahnya likuiditas usaha yang memungkinkan pers tetap sehat secara ekonomi. Pers sangat bebas tapi tidak objektif. Menjadi pers bebas dan objektif yang tidak menginduk pada partai merupakan pilihan sulit sekaligus berani pada masanya karena akan menghadapi tekanan partai dan kesulitan likuiditas.
5.    Tingginya harga kertas juga menjadi sebuah persoalan, harga koran dibandingkan dengan harga cetak baik dari tinta dan kertas jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Iklan juga memberikan subsidi karena memberikan pemasukkan pada surat kabar. Terkadang iklan yang akan dipasang juga akan menyesuaikan media mana yang sesuai dengan harga jual dari iklan atau dari barang yang akan diiklankan. Soal iklan ini juga merupakan hal yang rumit sebab untuk meningkatkan iklan dan memperoleh iklan yang banyak surat kabar harus rela memberikan potongan sebesar 30 % - 0 % dari harga iklan tersebut (Nadhya, 1992 : 68)
6.    Tantangan yang dihadapi secara riil adalah dari wartawan sendiri yang juga harus mengingat kode etik dan sembilan dasar jurnalisme. Yang menentukan baik tidaknya,manfaat,keakuratan  berita adalah dari para kuli tinta.
2.6       Langkah-langkah untuk menghadapi tantangan Media Cetak
Wartawan yang turut menentukan berita harus menyajikan informasi dan akurat. Tantangannya adalah bagaimana wartawan mampu melakukan tugasnya seperti sedia kala dan perlu menjadi sebuah refleksi ketika mereka bekerja memberikan pelayanan informasi bagi masyarakat bukan untuk kepentingan penguasa.
Tantangan yang dihadapi oleh media cetak merupakan bagian dari cara media untuk bisa mendapat keuntungan dan menjaga eksistensinya. Teknologi bukan hanya sebagai hambatan atau sandungan tetapi juga para konsumen informasi yang juga menentukan media apa yang akan dipilih. Media cetak memiliki nilai positif dimana berita yang disajikan lebih akurat karena benar menjaga kelengkapan dan nilai berita dibandingkan dengan media online yang lebih mengejar kecepatan waktu menyajikan berita tanpa memikirkan kelengkapan unsur – unsur berita dan kualitas berita. Pers harus membuat peristiwa tidak sekadar penting, namun relevan dan menarik. Tidak hanya itu berita harus dikemas secara komprehensif, objektif, dan proporsional. Dengan cara tersebut akurasi yang dituntut publik bisa dipenuhi.
Media cetak tetap harus ada dan menjaga eksistensi media dengan pemberitaan yang aktual dan tetap menjaga keakuratan, nilai berita dan kelengkapan unsur – unsur berita yang lebih mendalam. Menyajikan konten berita yang menarik, berimbang dengan melakukan cover both side. Perkembangan teknologi memang tidak dapat dihindari cepat atau lambat media cetak yang tidak dapat menyeimbangi media online bisa saja bangkrut dan akan ditinggalkan para pembaca berganti memilih media online. Melakukan inovasi dari berbagai hal seperti layout, manajemen dalam mengatur distribusi, iklan, produksi.
2.6            Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik yang lahir pada 14 Maret 2006, oleh gabungan organisasi pers dan ditetapkan sebagai Kode Etik Jurnalistik baru yang berlaku secara nasional melalui keputusan Dewan Pers No 03/ SK-DP/ III/2006 tanggal 24 Maret 2006, misalnya, sedikitnya mengandung empat asas, yaitu:
1.      Asas Demokratis
                                    Demokratis berarti berita harus disiarkan secara berimbang dan independen, selain itu, Pers wajib melayani hak jawab dan hak koreksi, dan pers harus mengutamakan kepentingan publik. Asas demokratis ini juga tercermin dari pasal 11 yang mengharuskan, Wartawan Indoensia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proposional. Sebab, dengan adanya hak jawab dan hak koreksi ini, pers tidak boleh menzalimi pihak manapun. Semua pihak yang terlibat harus diberikan kesempatan untuk menyatakan pandangan dan pendapatnya, tentu secara proposional.
2.      Asas    Profesionalitas
            Secara sederhana, pengertian asas ini adalah wartawan Indonesia harus menguasai profesinya, baik dari segi teknis maupun filosofinya. Misalnya Pers harus membuat, menyiarkan, dan menghasilkan berita yang akurat dan faktual. Dengan demikian, wartawan indonesia terampil secara teknis, bersikap sesuai norma yang berlaku, dan paham terhadap nilai-nilai filosofi profesinya. Hal lain yang ditekankan kepada wartawan dan pers dalam asas ini adalah harus menunjukkan identitas kepada narasumber, dilarang melakukan plagiat, tidak mencampurkan fakta dan opini, menguji informasi yang didapat, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang , dan off the record, serta pers harus segera mencabut, meralat dan memperbaiki berita yang tidak akurat dengan permohonan maaf.
3. Asas Moralitas
            Sebagai sebuah lembaga, media massa atau pers dapat memberikan dampak sosial yang sangat luas terhadap tata nilai, kehidupan, dan penghidupan masyarakat luas yang mengandalkan kepercayaan. Kode Etik Jurnalistik menyadari pentingnya sebuah moral dalam menjalankan kegiatan profesi wartawan. Untuk itu, wartawan yang tidak dilandasi oleh moralitas tinggi, secara langsung sudah melanggar asas Kode Etik Jurnalistik. Hal-hal yang berkaitan dengan asas moralitas antara lain Wartawan tidak menerima suap, Wartawan tidak menyalahgunakan profesi, tidak merendahkan orang miskin dan orang cacat (Jiwa maupun fisik), tidak menulis dan menyiarkan berita berdasarkan diskriminasi SARA dan gender, tidak menyebut identitas korban kesusilaan, tidak menyebut identitas korban dan pelaku kejahatan anak-anak, dan segera meminta maaf terhadap pembuatan dan penyiaran berita yang tidak akurat atau keliru.
3.      Asas Supremasi Hukum
            Dalam hal ini, wartawan bukanlah profesi yang kebal dari hukum yang berlaku. Untuk itu, wartawan dituntut untuk patuh dan tunduk kepada hukum yang berlaku. Dalam memberitakan sesuatu wartawan juga diwajibkan menghormati asas praduga tak bersalah.
2.7            Sembilan Dasar Jurnalisme
1.      Fakta dimana kewajiban utama jurnalisme adalah (berpihak) pada pencarian kebenaran.
2.      Loyalitas (kesetiaan) pertamanya kepada warga (publik).
3.      Esensi jurnalisme adalah disiplin vertifikasi.
4.      Para Praktisinya jurnalisme harus menjaga independensi dari objek liputannya.
5.      Jurnalisme harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan.
6.      Jurnalisme harus memberi forum bagi publik untuk saling kritik dan menemukan kompromi.
7.      Jurnalisme harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan.
8.      Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proposional.
9.      Jurnalisme harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya.





BAB III
SIMPULAN
3.1       Simpulan
Menurut sejarah, seorang ahli dari Jerman, pemilik nama lengkap Johannes Gutenberg ini menemukan mesin cetak yang akhirnya digunakan untuk mencetak bible (kitab suci), ini terjadi pada tahun 1453. Sebelumnya Gutenberg menulis secara manual, kitab-kitab suci tersebut. Namun dengan bantuan mesin cetak, kitab suci yang dihasilkan jauh lebih banyak. sebelum ada revolusi Gutenberg, buku-buku di Eropa disalin dengan menggunakan Manu Script. Selain memakan waktu yang lama, harga buku-buku tersebut tergolong mahal dan hanya bisa dibeli oleh orang-orang yang mampu.
Kitab agama tahun 1455 membawa perubahan dalam teknologi mesin cetak ini, bentuk baru yang memungkinkan percetakan dilakukan dalam jumlah besar. Di Amerika media cetak pertama dimulai dengan banyak percetakan kitab agama, pada tahun 1640. Benjamin Franklin merupakan salah satu pakar penemu inovasi media cetak tersebut, yang pada tahun 1731 memulai kegiatan perpustakaan belangganan pertama, sehingga dimasa yang akan datang warga Amerika telah mengenal baik kepustakaan.
Pada tahun 1830, surat kabar telah mewabah di New York, ini adalah saat kejayaan surat kabar yang akhirnya mewabah ke seluruh pelosok dunia. Kegiatan percetakan semakin berkembang setelah perang dunia II.
Sejarah surat kabar di Indonesia terbagi dalam dua babak yakni babak pertama yang biasa disebut babak putih dan babak kedua antara tahun 1854 hingga Kebangkitan Nasional. Kedua babak inilah yang amat berperan dalam perkembangan surat kabar di Indonesia. Babak pertama adalah babak putih, yaitu saat Indonesia masih dalam keadaan terjajah oleh kolonialisme Belanda.
Media cetak yang ada di Indonesia antara lain Koran, Majalah dan Tabloid yang masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Tantangan yang dihadapi oleh media cetak merupakan bagian dari cara media untuk bisa mendapat keuntungan dan menjaga eksistensinya. Teknologi bukan hanya sebagai hambatan atau sandungan tetapi juga para konsumen informasi yang juga menentukan media apa yang akan dipilih. Media cetak memiliki nilai positif dimana berita yang disajikan lebih akurat karena benar menjaga kelengkapan dan nilai berita dibandingkan dengan media online yang lebih mengejar kecepatan waktu menyajikan berita tanpa memikirkan kelengkapan unsur – unsur berita dan kualitas berita. Pers harus membuat peristiwa tidak sekadar penting, namun relevan dan menarik. Tidak hanya itu berita harus dikemas secara komprehensif, objektif, dan proporsional. Dengan cara tersebut akurasi yang dituntut publik bisa dipenuhi.

3.2       Saran
Teknologi informasi yang cepat dan mudah sekarang sudah banyak diminati oleh banyak konsumen dibandingkan dengan media cetak. Seharusnya ini tidak menjadi hambatan atau sandungan bagi media cetak untuk terus menjaga eksistensinya. Dibandingkan dengan internet, informasi yang didapat dari internet sebenarnya lebih akurat. Karena media cetak mengejar keakuratan dari pada jaringan internet yang cenderung mengejar kecepatan informasi baru.
Untuk menjaga eksistensi media cetak, maka hal pertama yang harus dilakukan oleh pihak media adalah dengan memberikan pemberitaan yang tetap akurat dan teraktual, nilai berita dan unsur-unsur berita lebih mendalam, menyajikan berita yang menarik dan berimbang. Dalam kepenulisannya, media cetak harus banyak memberikan informasi yang berhubungan dengan tugas sekolah, misalkan digunakan sebagai tugas kliping. Dengan begitu media cetak akan semakin dinikmati oleh konsumen.








Daftar Rujukan

Nadhya, Ana Abrar.1992. Pers Indonesia: Berjuang Menghadapi Perkembangan Masa. Yogyakarta: Liberty

1 comment:

  1. nama saya Maria Fadhlan dari Ajman di UEA, saya adalah korban penipuan di tangan pemberi pinjaman, saya menipu $ 2000 karena saya butuh pinjaman $ 90.000 untuk modal usaha dan hutang. Saya hampir mati, saya tidak punya tempat untuk pergi, dan bisnis saya hancur dalam proses yang diterimanya. semua ini terjadi pada bulan Maret 2019, sampai saya bertemu seseorang online minggu lalu yang bersaksi tentang pemberi pinjaman jadi saya mengajukan pertanyaan dan dia memperkenalkan saya kepada seorang ibu yang baik yang akhirnya membantu saya mendapatkan pinjaman tanpa jaminan $ 90.000 dengan suku bunga rendah di RIKA ANDERSON PERUSAHAAN PINJAMAN. Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk berterima kasih kepada Anda ibu Rika, semoga Allah terus memberkati Anda Ibu Rika atas kejujuran dan perbuatan baik Anda. jika Anda memerlukan pinjaman dan pinjaman tanpa jaminan cepat hubungi ibu Rika melalui perusahaan, W / S: +19147057484 Anda dapat menghubungi saya juga melalui mariafadhlan@gmail.com

    ReplyDelete