BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah satu diantara
faham filsafat di era modern adalah faham Eksistensialisme. Di dalam dunia
filsafat, Tidak banyak aliran yang mampu mengguncangkan dunia, filsafat
eksistensialisme adalah salah satu diantaranya. Nanti kita akan melihat bahwa
filsafat ini tidak luar biasa, akar akarnya ternyata tidak dapat bertahan dari
berbagai kritik. Akan tetapi, faham ini termasuk faham yang membuat goncayang yang dahsyat.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
pengertian dari Faham Eksistensialisme ?
2.
Bagaimanakah
sejarah munculnya faham Eksistensialisme ?
3.
Siapakah
tokoh tokoh yang beraliran eksistensialisme ?
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan
pengertian Eksistensialisme
2.
Menjelaskan
sejaran kemunculan Eksistensialisme
3.
Mengetahui
tokoh tokoh Eksistensialisme
• Atheistic, yaitu ajaran yang mengingkari eksistensi Sang Pencipta, diantara pemuka mazhab ini filosof Perancis Jean-Paul Sartre, ajaran eksistensialisme inilah yang memegang kendali dan yang dimaksud dengan terminologi Eksistensialisme sekarang, khususnya yang beredar dalam pemahaman para remaja Eropa saat ini, jadi doktrin ini berlandaskan pada atheism.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Eksistensialisme
Secara
etimologi, kata dasar eksistensi (existency ), adalah exis yang berasal
dari kata latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti
berdiri. Jadi eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri.
Pikiran seperti ini dalam bahasa jerman disebut dasein, da berarti di
sana sein berarti berada. Berada bagi manusia selalu berarti di sana ,
atau di tempat. Tidak mungkin ada manusia tidak bertempat. Akan tetapi bertempa
bagi manusia itu tidak sama dengan bertempat bagi batu atau pohon. Manusia
selalu sadar akan tempatnya. Dia sadar bahwa dia menempati. Ini berarti suatu
kesibukan, kegiatan, dan melibatkan diri.dengan demikian manusia sadar akan
dirinya sendiri. Jadi dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar akan
dirinya sendiri, dia berdiri sebagai aku atau pribadi.
Eksistensialisme
yaitu suatu usaha untuk menjadikan masalah menjadi konkret karena adanya
manusia dan dunia. Menurut Sartre eksistensialisme yaitu filsafat yang memberi
penekanan eksistensi yang mendahului esensi. Memandang segala gejala yang ada
berpangkal kepada eksistensi. Dengan adanya eksistensi akan penuh dengan
lukisan-lukisan yang konkret dengan metode fenomenologi (cara keberadaan
manusia).
Eksistensialisme
sangat berhubungan dengan pendidikan karena pusat pembicaraan eksistensialisme
adalah keberadaan manusia sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh manusia.
Eksistensi merupakan keadaan tertentu yang lebih khusus dari sesuatu dan apapun
yang bereksistesi tentu nyata ada. Sesuatu dikatakan bereksistensi jika sesuatu
itu bersifat public yang artinya objek itu sendiri harus dialami oleh banyak
orang yang melakukan pengamatan
Menurut
Parkey, aliran eksistensialisme terbagi menjadi 2 yaitu, antara lain ;
• Theistic, yaitu ajaran yang
mengakui eksistensi Sang Pencipta, meskipun tidak menjadikan ketundukan dan
kepatuhan pada Sang Pencipta sebagai sebuah keniscayaan, diantara penganut
paham ini seorang Filosof kontemporer terkemuka Jerman yang beragama Katolik,
Karl Jaspers
• Atheistic, yaitu ajaran yang mengingkari eksistensi Sang Pencipta, diantara pemuka mazhab ini filosof Perancis Jean-Paul Sartre, ajaran eksistensialisme inilah yang memegang kendali dan yang dimaksud dengan terminologi Eksistensialisme sekarang, khususnya yang beredar dalam pemahaman para remaja Eropa saat ini, jadi doktrin ini berlandaskan pada atheism.
B. Sejarah Kemunculan Eksistensialisme
Filsafat
selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berari penentuan. Bila terjadi krisis,
biasanya orang akan meninjau pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia
dapat tahan uji. Dengan demikian filsafa adalah perjalanan dari satu krisis ke
krisis yang lain. Ini berarti manusia yang berfilsafat senantiasa meninjau
kembali dirinya. Mungkin tidak secara tegas manusia itu meninjau dirinya,
tetapi dalam hal seperti iu manusia mempersoalkan uhan atau denia dan
sekelilingnya, tetapi dalam hal seperi itu manusia sesungguhnya masih
mempersoalkan dirinya juga.
Sifat
materialisme dan idealisme ternyata merupakan pendorong lahirnya
eksistensialisme. Materialism dan idealism adalah dua pandangan filsafat
tentang hakikat yang ekstrem. Keduanya berisi benih benih kebenaran, tapi
keduanya juga salah. Dan eksistensialisme ingin mencari jalan keluar dari kedua
faham tersebut.
Dalam pandangan materialisme, manusia itu
pada akhirnya adalah benda seperti
halnya batu dan kayu. Meskipun orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia
itu sama dengan batu ataupun kayu, akan tetapi materialisme mengatakan bahwa
pada akhirnya manusia hanyalah sesuatu yang material, dengan kata lain materi
dan betul betul materi. Menurut bentuknya , memang manusia lebih unggul
ketimbang sapi, batu atau pohon. Dilihat dari segi keberadaannya juga sama, nah
disinilah bagian ajaran materialisme yang diganyang oleh eksistensialisme.
Eksistensialisme
menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia
berada di dunia, sapi, pohon, dan batu juga. Akan tetapi, cara beradanya tidak
sama. Manusia berada di dunia, ia mengalami beradanya di dunia itu, manusia
juga menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia dan mengerti
apa yang dia hadapi itu. Manusia mengerti kegunaan pohon, batu, dan ia juga
mengerti bahwa hidupnya itu memiliki arti. Arti bahwasannya manusia adalah
subjek. Subjek artinya yang menyadari, dan barang barang yang disadarinya
disebut objek. Jadi kesalahan materialisme secara singkat adalah faham ini
memungkiri manusia secara keseluruhan atau hanya memandang kejasmanian (materi)
sebagai keseluruhan manusia. , materialisme hanya menganggap manusia sebagai
sesuatu yang ada, tanpa menjadi subjek.
Manusia
itu berfikir dan berkesadaran, hal inilah yang tidak disadari oleh
materialisme. Akan tetapi sebaliknya , aspek ini dilebih lebihkan oleh
idealisme sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan dilebih lebihkan lagi sampai
menjadi tidak ada barang lain selain pikiran.
Bibit
idealisme telah ada sejak plato, tetapi pembuka jalan bagi idealism yang
sungguh sungguh adalah Descartes. Dalam pandangan Descartes, manusia disamakan
dengan dengan kesadarannya. Kesadaran itu tidak bersentuhan sama sekali dengan
alam jasmani. Kesadaran itu seolah olah tergantung di langit. Di dalam
kesadaran itu terdapat idea idea. Idea idea itu sama sekali bukan berasal dari
kontak dengan dunia luar kesadarankita dapat berkata idea tentang kucing, sapi,
dan sebagainya yang dibentuk oleh kenyataan di luar diri kita misalnya karena
kita telah melihatnya. Akan tetapai, bagi Descartes tidak demikian. Menurutnya,
antara kesadaran dan alam luar diri tidak ada sangkutannya. Sekalipun demikian,
Descartes belum benar benar jatuh di dalam idealisme Karena ia masih mengakui
dunia realitas. Dia mengatakan bahwa idea, seakan akan adalah copy dunia
realitas. Sekalipun demikian, pada dasarnya dia telah memisahkan kesadaran dari
dunia luar. Dengan bertolak dari Descartes itu, kelak idealism akan mengingkari
sama sekali pengertian dunia luar. Di dalam kesadaran yang dimengerti hanyalah
idea idea. Alam pikiran hanyalah alam idea. Manusia tidak mengerti dunia luar
kesadarannya, dan yang dimengerti hanyalah idea idea. Di dalam idealisme tulen,
tidak ada hubungan antara idea dan realitas di luar pikiran. Menurut idealism,
tiap tiap pikiran tentang dunia luar hanyalah nonsens belaka. Kesalahan
idealisme karena memandang manusia sebagai subjek saja, hanya sebagai
kesadaran. Sebaliknya meterialisme hanya melihat manusia sebagai objek.
Maerialisme lupa bahwasannya barang di dunia ini disebu objek lantaran adanya
subjek.
Eksistensialisme juga di dorong oleh
munculnya olah situasi dunia pada umumnya.
Di sini eksistensialisme lahir sebagai reaksi terhadap dunia pada
umumnya, teruama eropa barat. Dimana situasi dan kondisi pada saa itu tidak
menentu. Rasa takut berkecamuk, kebencian merajalela, nilai sedang mengalami
krisis, bahkan manusia itu juga mengalami krisis, dan pada intinya masyarakat
dunia sedang mengalami depresi tingkat tinggi. Dalam keadaan seperti itu,
filosof melihat pada dirinya sendiri. Dia berharap menemukan suatu pegangan
untuk dapat menyelamatkan dunia dari depresi atau krisis tersebut. Maka dari
proses itulah eksistensialisme muncul dan menjadikan manusia sebagai subjek,
dan sekaligus objek. Manusia dijadikan tema senral dalam perenungan.
C. Tokoh Tokoh Eksistensialisme
Soren Kierkegaarad (1813-1855)
Menurut
kierkegraad,filsafat tidak merupakan suatu system, tetapi suatu
pengekspresikan eksistensi individual. Karena ia menentang filsafat yang
bercorak sistimatis, dapat dimengerti mengapa ia menulis karyanya dengan
menggunakan nama samaran. Dengan cara demikian,ia menghindari nggapan bahwa
bukunya merupakan gambaran tentang fase-fase perkembangan pemikiranya. Dengan
menggunakan nama samara, mukinkah ia menyerang pendapat-pendapatnya didalam
bukunya yang lain.
Kierkegraad
mengemukakan kritik yanh sanga tajam terhadap Gereja Lutheran yang merupakan
Gereja Keristen resmi di Denmark keika itu. Kritik itu delemparkan terutama
pada masa tuanya. Ia beranggapan bahwa gereja di tanah airnya sangatlah
menyimpang dari injil kristus. Pada pokoknya, kriktik kierkegraad terhadap
agama Kristen di tanah airnya tidak bebeda dari
kriktik terhadap filsafat hegel. Masalah yang di kriktiknya ialah karena
orang mengaku Kristen di sana, tetapi kebanyakan tidak benar. Kristen tidak melekat
di hati, tidak dianut dengan sepenuh kepribadian, ada kemunafikan. Sifat ini
sangat dibenci oleh kierkegraad iman kritenharuslah merupakan salah sau cara
hidup radikal yang menurut seluruh kepribadian.
Jean Paul
Sartre (1905-1980)
Jean P.
Sartre dilahirkan di Paris, Prancis, 21 Juni 1905, Sartre adalah filsuf dan
penulis Prancis yang namanya tetap terkenal hingga saat ini. Ia meraih gelar
doktor di bidang filsafat, dan kemudian mengajar di bidang tersebut selama
beberapa tahun. Setelah Perang Dunia II, Sartre meninggalkan pekerjaannya
sebagai pengajar, dan mengabdikan hidupnya untuk menulis.
Pada tahun
1924, Sartre diterima di Ecole Normale Superieure, perguruan tinggi paling
terkenal dan paling selektif di Prancis. Tahun 1929 ia lulus dengan predikat
Agregation de Philosophie nomor satu. Sejak tahun 1931, Sartre mengajar sebagai
guru filsafat di Le Havre, Loan, dan Paris.
Pada 22
Oktober 1964, Sartre dianugerahi Nobel Sastra, namun dia menolak, dengan alasan
hadiah itu akan menurunkan integritas karya-karyanya. Sepanjang hidupnya,
Sartre telah menulis banyak pemikiran penting, di antaranya adalah “Being and
Nothingness”, “L’Imagination”, “Morts sans Sépulture”, dan “L’Imaginaire”.
Sementara autobiografinya berjudul “Les Mots”.
Dia adalah
Tokoh paling penting dalam faham ini. Dialah yang menyebabkan eksistensialisme
menjadi tersebar, bahkan menjadi semacam mode, sekalipun pendiri
eksistensialisme bukan dia, melainkan Soren Kierkegaard. Ia mengembangkannya
sampai sadar tentang sesuatu berarti menyangkal sesuatu. Dengan kesadaran itu
manusia iu termuat dalam kompleks perubahan tenang berbuat itu manusia sadar ia
berbuat. Itu berarti manusia menyadari bahwa ia selalu dalam peralihan.
Disinilah letak kerumitan manusia itu. Manusia itu setelah menyadari dirinya,
ia membantahnya dan menyangkalnya. Jadi manusia itu selalu berubah, selalu
meluncur, selalu menuju kepada. Hakikat penyangkalan itu dapat dirumuskan dalam
kalimat ini : “ yang ada tidak dimaui, yang dimaui belum ada. Jadi manusia itu
laksana orang yang mengejar bayangannya. Menurut Sartre, itulah hakikat
manusia.”
Dalam
filsafat ini kelihatanlah suatu dilema. Karena kesadarannya, manusia berbuat.
Berbuat berarti berubah. Apa yang dicapai, pasti diingkari. Manusia harus
berbuat sementara ia sudah mengetahui hasil perbuatannya tidak akan memuasakan
dirinya. Seolah berbuat itu adalah “hukuman” yang terelakkan bagi
manusia.Disini tergambarlah suatu filsafat putus asa untuk apa mengejar sesuatu
padahal sudah diketahui bahwa jika sesuatu itu dicapai, dia akan mengingkarinya?
Jadi semua usaha telah diketahui akan berakhir
sia sia, tetapi toh manusia harus berbuat. Menurut Sartre itulah hukuman
bagi manusia. Manusia harus demikian. Ia dihukum oleh kesadarannya. Ia harus
meluncur terus sampai ia terengah engah kepayahan. Untuk membebaskan diri dari hukuman
itu, hanya ada dua kemungkinan ; menjadi yang tak berkesadaran (en-soi, hewan,
tetumbuhan, batu) atau bunuh diri. Menjadi ensoi tidak mungkin, yang mungkin
adalah bunuh diri.
BAB III
KESIMPULAN
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memiliki misi
mengangkat derajat kemanusiaan dan menegaskan kapasitas manusia yang berpusat
pada individu karena manusia memiliki akal, kebebasan, kehendak dan alternatif
sehingga tidak membutuhkan Sang Pengarah. Konsep ini tergolong dalam sederet
orientasi pemikiran yang sangat kontras dan tidak punya pijakan filosofis yang
jelas. Karena ketidak-jelasan dan kegalauan tersebut, makanya paham
ekstensialisme tidak mendapatkan tempat dalam deretan tatanan teologi dan
pemikiran. Selain itu, ia hanya
merupakan sebuah orientasi pemikiran yang mempresentasikan paradigma para
pengikutnya yang menjadikan konsep keberadaan manusia sebagai titik awal
keberadaan .
Faham filsafat eksistensialisme adalah salah satu
faham yang muncul di zaman modern, kemunculan faham ini dipengaruhi adanya dua
faham ekstrem yang saling bertentangan, yakni faham Materialisme yang memandang
manusia sebagai objek saja dan faham Idealisme yang memandang manusia hanya
sebagai subjek saja. Maka dari itu, eksistensialisme muncul dengan menjadikan
manusia sebagai subjek sekaligus objek. Selain itu, kemunculan eksistensialisme
juga dipengaruhi oleh kondisi masyarakat, khususnya di eropa barat yang sedang
mengalami depresi secara umum, sehingga para filosof mencari jalan keluar dari
permasalahan yang ada pada waktu itu sehingga pada akhirnya memunculkan
eksistensialisme sebagai jawabannya. Akan tetapi dibalik goncangan
eksistensialisme pada waktu itu, faham ini mengalami bentrokan dengan realitas.
Meskipun banyak pandangan pandangan yang bagus dalam faham ini, namun pada
dasarnya tidak tahan uji.
Daftar Pustaka
·
Tafsir,
Prof. Dr. Ahmad . 2003. Filsafat Umum. Edisi Keduabelas. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya
·
Fortuna.
2009.Eksistensialisme. (http://samuderailmufortuna.blogspot.com/2009/03/eksistensialisme.html)
·
Ramot Hutasoit. 2013 Paham Eksistensialisme
(http://ramothutasoit.blogspot.com/2013/06/paham-eksistensialisme.html)
No comments:
Post a Comment